Perbedaan Blast Furnace dan EAF: Ini Metodenya!

Sebagai negara penghasil mineral bijih besi yang cukup melimpah, Indonesia seharusnya memiliki kemampuan mengolah bijih besi menjadi berbagai produk yang lebih bermanfaat. Besi merupakan salah satu material yang paling penting dalam segala jenis industri. Ada beberapa metode dalam membuat besi. Salah satunya adalah blast furnance.

Kebutuhan akan besi terus semakin meningkat. Salah satu contoh ialah poros; material konstruksi seperti pipa, rangka atap, besi H-Beam, besi beton, besi CNP; roda gigi; bantalan; roda kereta api, dan lain sebagainya. 

Akan tetapi didalam membuat produk-produk tersebut tentu membutuhkan sebuah proses untuk meleburkan dan membentuk sebuah besi agar menjadi bahan jadi. Proses ini hanya dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu Blast Furnace dan Electric Arc Furnace (EAF).

Apa perbedaan proses Blast Furnace dan EAF? Jawaban dan penjelasan lebih lengkap akan dibahas langsung melalui artikel ini! Pastikan untuk membaca artikel hingga akhir untuk memperoleh informasi lebih lengkap!




Pengertian Blast Furnace Adalah


Apa yang dimaksud dengan Blast Furnace? Proses Blast Furnace adalah suatu proses yang dilakukan untuk meleburkan bijih besi agar bisa menjadi besi kasar.  Blast Furnace juga disebut proses metalurgi dengan mereduksi bijih besi, pallet, dan sinter menggunakan metode kimia menjadi material besi cair.

Besi cair yang bersuhu tinggi atau hot mental nantinya akan diproses menjadi besi kasar. Besi kasar dapat diolah menjadi berbagai jenis besi yang bisa dimanfaatkan dalam membuat berbagai peralatan atau konstruksi bangunan yang bermanfaat.

Blast Furnace adalah proses yang disebut juga dengan metode tanur tegak atau tinggi. Hal ini karena sarana utama yang digunakan dalam proses blast furnace berupa tanur atau tunggu pelebur. Tanur yang digunakan bisa memiliki diameter kurang lebih 6 meter dengan tinggi sekitar 20 meter hingga 30 meter.

Ukuran tanur yang digunakan tentu saja disesuaikan dengan keperluan atau kebutuhan proses blast furnace. Tanur atau tunggu tersebut memiliki lubang di bagian atas yang terbuat dari plat baja. Sementara pada dinding dalam terbuat dari lapisan material tahan api.

Blast furnace juga dikenal sebagai metode tanur tiup. Mengapa demikian? Hal ini karena prosesnya selalu membutuhkan udara panas yang ditiupkan ke dalam tunggu. Udara panas yang ditiupkan dari dapur cowper bagian bawah tungku memiliki suhu 1800 derajat Celcius.


Fungsi dan Kegunaan Blast Furnance 



Apa fungsi dan kegunaan dari metode Blast Furnace? Fungsi Blast Furnace adalah mengubah bijih besi menjadi cairan logam besi cair yang bersuhu tinggi dengan menggunakan tanur tinggi. Cairan logam besi cair itu nantinya akan diproses menjadi besi kasar.

Besi kasar dapat digunakan sebagai bahan dasar berbagai material jenis besi. Besi tersebut nantinya dapat dimanfaatkan untuk bahan konstruksi bangunan, seperti rangka gedung, jembatan, dan lain sebagainya.

Besi kasar juga bisa diolah menjadi berbagai jenis besi yang digunakan untuk membuat berbagai peralatan. Misalnya, besi-besi yang ada di rangka kendaraan, rel kereta api, maupun besi yang terdapat dalam peralatan elektronik.


Metode Blast Furnance


Bagaimana metode lebih rinci tentang proses Blast Furnace? Pada dasarnya terdapat empat tahapan dalam metode Blast Furnace. Berikut ini tahap-tahapan dan penjelasan lebih lengkap dalam proses blast furnace, yaitu:


1. Tahapan Memasukkan Muatan atau Bahan Baku

Tahapan pertama yang harus dilakukan dalam metode Blast Furnace adalah memasukkan semua bahan baku yang diperlukan.

Apa saja bahan yang diperlukan dalam proses Blast Furnace? Bahan yang perlu dimasukkan ke dalam tanur adalah bijih besi, bahan bakar kokas, dan bahan tambahan, seperti batu kapur. Semua bahan tersebut dimasukkan secara perlahan ke dalam tanur.

Bijih besi yang digunakan dapat berupa batu besi cokelat, batu besi merah, batu besi magnet, atau basu besi kalsit.


2. Tahapan Proses Reduksi

Proses selanjutnya adalah proses reduksi yang terbagi di dalam daerah pengeringan, daerah reduksi, dan daerah pencairan.

Proses reduksi ini berlangsung dengan memasukkan udara panas melalui dapur cowper di bagian bawah tanur atau tungku. Udara panas ini dimasukkan dengan kecepatan hingga 100m/s. Hasilnya terjadi pembakaran untuk meleburkan atau mereduksi bijih-bijih besi. 


3. Tahapan Proses Pencairan Semua Bahan

Bijih besi yang sudah menjadi cairan akan turun ke bawah. Sementara kokas atau arang membentuk karbonat-karbonat, seperti dolomite. Dolomite akan berfungsi untuk mengikat kotoran dan melindungi cairan besi serta oksidasi.

Batu kapur sebagai bahan tambahan memiliki peran agar mencegah pembuntuan ketika proses reduksi dan pencairan berlangsung.


4. Pembentukan Hasil Produksi Proses Blast Furnace

Cairan logam besi yang dihasilkan akan dikumpulkan dalam bak pencampur untuk dicampurkan. Proses di dalam bak tersebut menggunakan gas dapur tinggi. Tujuan proses ini adalah agar menghasilkan cairan logam besi dengan kualitas yang sama.

Hasil produksi proses ini berupa besi kasar atau pig iron atau disebut juga besi mentah. Nantinya besi kasar dapat langsung digunakan untuk membuat baja di dapur pengolahan baja. Selain itu, besi mentah juga dapat dituang ke dalam balok-balok dengan bentuk slab, billet, dan bloom.

Nantinya balok-balok tersebut akan dikirim ke pabrik-barik pembuatan baja. Selain menghasilkan besi kasar atau pig iron, proses ini juga menghasilkan gas, debu, dan juga terak.

Gas yang terbentuk akan dialirkan keluar melalui bagian atas tungku dan ke dalam pemanas udara. Sementara terak yang dihasilkan akan menetes ke bawah sebagai pelindung besi kasar dari oksidasi. Nantinya, terak akan dipisahkan dari cairan logam besi.

Terak yang dihasilkan juga dapat dimanfaatkan untuk bahan pembuatan pasir terak atau wol terak. Bahan ini nantinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan isolasi. Selain itu, pasir terak juga bisa digunakan untuk campuran semen.


Perbedaan Proses Blast Furnace dan EAF


Blast Furnace dan EAF sama-sama merupakan suatu metode yang digunakan untuk membuat material besi kasar. Meskipun memiliki persamaan, kedua metode pembuatan besi kasar ini juga memiliki perbedaan.

Perbedaan utama terletak pada jumlah bahan bakar atau coke yang digunakan. Proses Blast Furnace membutuhkan bahan bakar atau coke dalam jumlah yang besar. Sementara proses EAF (Electric Arc Furnace) tidak memerlukan Coke.

Proses EAF menggunakan energi listrik untuk mengubah bijih besi menjadi cairan logam besi. Sementara proses Blast Furnace menggunakan banyak bahan bakar untuk melakukan pembakaran, sehingga bisa mencairkan bijih besi.

Metode EAF memanfaatkan arus listrik searah dan arus listrik bolak barik dalam proses pemanasan atau peleburan bijih besi.

Metode EAF menggunakan bantuan dari bahan-bahan kimia. Namun, seiring berkembangnya teknologi kini metode EAF juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan oksigen.

Skema perbedaan antara proses Blast Furnace dan EAF, yaitu:

Via worldsteel.org


Blast Furnace adalah metode untuk membuat material besi kasar dengan proses pemanasan menggunakan tanur tinggi. Proses blast furnace dilakukan dalam beberapa tahapan mulai dari pemasukan bahan, reduksi, pencairan, dan pembentukan hasil akhir.

0 Response to "Perbedaan Blast Furnace dan EAF: Ini Metodenya!"

Post a Comment