Dampak Bahaya Kebisingan Terhadap Kesehatan dan Sosial: Ini Cara Mengendalikannya

Kebisingan di tempat kerja atau Occupational Noise merupakan kondisi yang kurang nyaman di tempat kerja yang dapat menganggu fungsi pendengaran dan gangguan kesehatan lainnya. Kebisingan tersebut berasal dari kegiatan usaha dengan tingkat waktu tertentu yang menyebabkan tingkat konsentarasi pekerja mengalami penurunan. Dampak dari kebisingan ini dapat menimbilkan berbagai masalah, mulai dari masalah kesehatan, sosial, dan kualitas kinerja.

Kebisingan yang tidak terkendali dengan baik dapat membahayakan kemampuan auditorial seseorang, yaitu ketulian baik sementara maupun permanen. Selain itu, bahaya dari occupational noise ini juga menimbulkan dampak non-auditorial, seperti kelelahan kerja, terganggunya proses komunikasi, emosi yang naik turun di luar kontrol, hingga masalah kesehatan lainnya.



Pengertian Kebisingan


Adapun kebisingan atau occupational noise dapat diartikan sebagai gangguan bunyi yang tidak dikehendaki kehadirannya sehingga mengganggu kenyamanan dan membahayakan kesehatan manusia. 

Sebuah perusahaan harus mengurangi intensitas kebisingan atau occupational noise tersebut agar karyawannya dapat bekerja dengan sehat dan selamat. Perusahaan melakukan pengukuran intensitas kebisingan, yaitu arus energi per satuan luas yang dinyatakan dalam satuan decibel (dB). 

Pengukuran tersebut penting dilakukan agar upaya pengurangan suara kebisingan dapat dilakukan penanganan yang tepat.

Jenis Occupational Noise


Adapun kebisingan atau occupational noise berdasarkan intesitas bising dapat dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu:

  1. Bising kontinu, yaitu kebisingan yang terjadi secara terus menerus, seperti pada suara mesin, kipas, dan lain sebagainya.
  2. Bising intermitten, yaitu kebisingan yang terjadi secara terputus-putus, seperti arus lalu-lintas, suara pesawat terbang, dan sebagainya.
  3. Bising Impulsif, yaitu kebisingan yang terjadi secara tiba-tiba dengan perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu yang cepat sehingga orang-orang di sekitar sumber bunyi akan kaget atau terkejut. Sebagai contohnya, suara senapan, mercon, dan sebagainya.
  4. Bising Impulsif berulang, yaitu kebisingan yang terjadi secara berulang-ulang pada periode yang sama seperti suara senapan, mercon, ledakan bom yang dilakukan secara berulang oleh pelaku.

Nilai Ambang Batas (NAB) Occupational Noise


National for Occupational Safety and Health (NIOSH) merekomendasikan nilai paparan kebisingan atau occupational nosie adalah dengan nilai ambang batas (NAB) 85 dB dengan 8 jam waktu kerja. Artinya, nilai intensitas kebisingan yang melampaui nilai tersebut dianggap sebagai suatu hal yang dapat membahayakan bagi kesehatan orang yang ada di sekitar sumber kebisingan.

Berikut ini adalah nilai rekomendasi  NAB dengan durasi aman bagi pekerja yang terpapar kebisingan di tempat kerja adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan Menurut NIOSH Tahun 1998

Nilai Kebisingan (dalam dB)

Waktu Pemaparan

Jam

Menit

Detik

80

25

24

-

85

8

-

-

90

2

31

-

95

-

47

37

100

-

15

-

105

-

4

43

110

-

1

29

115

-

-

28

120

-

-

9

125

-

-

3

130-140

-

-

<1

Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan tersebut diadopsi yang terbaru dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja yang menyatakan bahwa Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan bernilai 85 dB untuk waktu pemaparan 8 jam.

Pekerja tidak boleh terpapar kebisingan bernilai 140 dB walau hanya dalam waktu pemaparan singkat. Berikut dalam lampiran peraturan ini menambahkan waktu pemaparan yang diperbolehkan pekerja pada lingkungan yang bising.

Tabel 2. Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018


Waktu Pemaparan per Hari

Intensitas Kebisingan dalam dB

8

Jam

85

4

Jam

88

2

Jam

91

1

Jam

94

30

Menit

97

15

Menit

100

7,5

Menit

103

3,75

Menit

106

1,88

Menit

109

0,94

Menit

112

28,12

Detik

115

14,06

Detik

118

7,03

Detik

211

3,52

Detik

214

1,76

Detik

217

0,88

Detik

220

0,44

Detik

223

0,22

Detik

226

0,11

Detik

229




Terlihat dari beberapa referensi di atas, disarankan bahwa dalam intensitas bising 85 dB, pekerja lebih baik tidak terpapar bising lebih dari waktu pemaparan 8 jam.

Pengukuran kebisingan dilakukan untuk memperoleh data kebisingan diperusahaan atau dimana saja dan mengurangi tingkat kebisingan tersebut sehingga tidak menimbulkan gangguan.

Alat yang digunakan dalam pengukuran kebisingan adalah sound level meter dan noise dosimeter. Sound level meter adalah alat pengukur level kebisingan, alat ini mampu mengukur kebisingan di antara 30-130 dB dan frekunsi-frekuensi dari 20-20.000 Hz. Noise dosimeter adalah alat yang digunakan untuk memonitor dosis kebisingan yang telah dialami oleh seorang pekerja.

Dampak Atau Bahaya Kebisingan Terhadap Kesehatan, Masalah sosial, dan Produktivitas Kerja


Kebisingan yang identik dengan bunyi yang mengganggu tersebut dapat menimbulkan dampak yang negatif. Bahaya kebisingan secara umum dapat dikategorikan menjadi beberapa kategori sebagai berikut:
  

a. Bahaya kebisingan dengan intensitas rendah terhadap masalah kesehatan, sosial, dan kualitas kerja

Sebagai contoh tingkat intensitas kebisingan rendah dapat ditemukan di lingkungan kerja seperti perkantoran, pusat perbelanjaan, ruang administrasi perusahaan, dan lain sebagainya.

Kebisingan intensitas rendah ini tidak menyebabkan dampak kerusakan pendengaran. Meskipun demikian perlu diwaspadai, karena dapat menyebabkan :
  • Mampu menurunkan performa kerja disebabkan karyawan kehilangan konsentrasi.
  • Menyebabkan stres dan gangguan kesehatan lainnya yang berujung pada kelelahan kerja, kegelisahan, emosi yang naik turun, sakit kepala, dan gangguan tidur.
  • Menybabkan timbulnya tinnitus atau bunyi denging di telinga yang sering muncul tiba-tiba. 

b. Bahaya kebisingan dengan intensitas tinggi terhadap masalah kesehatan, sosial, dan kualitas kerja
  • Menyebabkan terjadinya kerusakan pada indera pendengaran sehingga daya dengarnya menjadi menurun baik bersifat sementara maupun bersifat permanen atau ketulian. 
  • Secara fisiologi, kebisingan dengan intensitas tinggi dapat membahayakan kesehatan seperti : meningkatnya tekanan darah, tekanan jantung yang semakin tinggi sehingga meningkatkan risiko serangan jantung, dan menyebabkan gangguan pencernaan.
  • Menganggu konsenterasi di saat bekerja sehingga kualitas pekerjaan menurun. Hilangnya konsentrasi dalam melakukan aktivitas kerja dapat menimbulkan dampak yang besar berupa terjadinya kecelakaan kerja yang akan merugikan perusahaan baik kerugian finansial maupun non finansial. 
  • Apabila kebisingan dari suatu proses produksi menyebabkan kebisingan yang hebat, dapat menimbulkan reaksi emosional dari masyarakat, yang pada akhirnya menuntut agar kegiatan tersebut dihentikan.

Cara Mengendalikan Occupational Noise


Via IG @earmaxla



Terjadinya kebisingan disebabkan adanya tiga hal, yaitu sumber bising, media pengantar (berbentuk materi atau udara), dan manusia sebagai objek yang terkena dampak. Cara mengurangi dampak kebisingan dapat dilakukan dengan cara mengendalikan salah satu bagian di atas atau ketiga-tiganya. 

Namun, sebelum mengendalikan atau mengurangi kebisingan sebaiknya dilakukan dulu pengukuran. Berikut ini cara mengurangi kebisingan dengan metode mengurangi penyebabnya, yaitu:

  1. Pengurangan kebisingan pada sumbernya dapat dilakukan dengan cara perusahaan melakukan modifikasi mesin atau peralatan lainnya dan juga mereparasinya. Selain itu, perusahaan juga dapat menempatkan alat peredam suara pada sumber getaran. Namun, sayangnya metode ini membutuhkan biaya yang tidak murah.
  2. Pengurangan kebisingan pada media transmisi dapat dilakukan dengan cara perusahaan memasang pembatas atau sekat antara mesin dan pekerja. Cara lainnya perusahaan dapat menambah atau melapisi dinding, plafon, dan lantai dengan bahan penyerap suara, seperti busa, ijuk, dan lain sebagainya.
  3. Apabila sumber kebisingannya lalu lintas, pengurangan kebisingan dapat dilakukan dengan cara membuat jalur hijau dan penanaman tumbuhan dan juga pepohonan di ruas atau bahu jalan.

Sedangkan berikut ini adalah tahapan yang bisa dilakukan untuk mengendalikan kebisingan di lingkungan kerja agar para karyawan terhindar dari bahaya kebisingan terhadap kesehatannya, yaitu:

1. Melakukan Survei dan Analisis Kebisingan

Kegiatan survei dan analisis dilakukan dengan cara mengukur kondisi lingkungan kerja apakah tingkat kebisingan telah melampui NAB. Pihak perusahaan juga harus menganalisis bagaimana pola kebisingan di tempat kerja dan mengevaluasi keluhan yang dirasakan oleh karyawannya.

Tak hanya itu, perusahaan juga perlu melakukan identifikasi jenis kebisingan, analisis intensitas dan frekuensi suara.

2. Mengendalikan Kebisingan dengan Bantuan Teknologi

Pertama yang dilakukan perusahaan adalah menentukan tingkat kebisingan suara yang dikehendaki, setelah itu mengupayakan penerapan teknis untuk mereduksinya. 

Teknologi pengendalian yang digunakan biasanya dengan:
  • Mengubah cara kerja, dari yang menimbulkan kebisingan menjadi berkurang suara kebisingannya;
  • Menggunakan pembatas ruangan atau penyekat dinding dan langit-langit yang kedap suara;
  • Mengisolasi mesin dan peralatan yang menjadi penyebab kebisingan;
  • Substitusi atau mengganti mesin dengan yang kurang bising;
  • Membuat pondasi mesin yang baik agar tidak ada sambungan yang goyang sehingga pengaruh bising dapat berkurang;
  • Melakikan odifikasi mesin atau proses, merawat atau mengkalibrasi mesin dan alat secara teratur dan periodik.


3. Penggunaan Alat Pelindung Telinga bagi Para Pekerja

Untuk menghindari bahaya atau dampak kebisingan terhadap kesehatan dapat digunakan alat pelindung telinga. Alat ini berguna untuk untuk mengurangi intesitas suara yang masuk ke dalam telinga para pekerja. 

Pekerja dapat memilih salah satu dari dua jenis alat pelindung telinga, yaitu sumbat telinga atau ear plug dan tutup telinga atau ear muff.



4. Melakukan Pemeriksaan Audiometri Terhadap Para Pekerja

Perusahaan melakukan pemeriksaan audiometri pada saat karyawan baru awal masuk kerja. Selanjutnya tetap dilakukan pemeriksaan secara periodik atau berkala pada pekerja yang terpapar. 

5. Melaksanakan Pelatihan dan Penyuluhan tentang Bahaya Kebisingan Terhadap Kesehatan

Perusahaan mengagendakan dan melakukan sosialisasi terkait dengan manfaat, cara pemakaian dan perawatan alat pelindung telinga, bahaya kebisingan di tempat kerja dan aspek lain yang berkaitan dengan occupational noise.

Sebagian orang menganggap kebisingan itu hal yang wajar, namun jika mereka tahu dampaknya bisa luar biasa jika dibiarkan mungkin akan mengubah cara berpikirnya dan akan lebih peduli terhadap bahaya kebisingan bagi kesehatan. 

Untuk menghindari permasalahan di atas perusahaan perlu melakukan upaya pengendalian terhadap kebisingan yang terjadi disertai dengan komitmen kuat dari semua stakeholder untuk melaksanakannya. 

Semoga penjelasan di atas membuka mata kita untuk lebih peduli terkait dengan occupational noise dan K3-nya.

0 Response to "Dampak Bahaya Kebisingan Terhadap Kesehatan dan Sosial: Ini Cara Mengendalikannya"

Post a Comment