[Studi Kasus] Cara Menghitung Modal Kerja dan Faktor yang Mempengaruhinya

Setiap usaha / bisnis dalam bidang dan skala apapun akan selalu membutuhkan yang namanya modal kerja, atau yang dikenal juga dengan istilah working capital. Setiap calon atau pemilik bisnis wajib mengetahui bagaimana cara menghitung modal kerja agar dana yang disiapkan bisa tepat. 

Modal kerja harus ada agar kegiatan operasional bisnis bisa dimulai dan bisa berjalan lancar, serta bisnis tersebut bisa dikembangkan. Jika Anda berencana untuk membuka sebuah bisnis dan belum tahu tentang apa itu modal kerja dan bagaimana cara menghitungnya, Anda bisa menyimak penjelasan di bawah ini.

Penjelasan di bawah ini sudah dilengkapi dengan contoh studi kasus perhitungan modal kerja pada sebuah perusahaan. Jadi, semoga penjelasannya mudah untuk dipahami ya.

Menghitung Modal Kerja Bisnis


Pengertian Modal Kerja

Sebelum membahas cara menghitung modal kerja, Anda perlu tahu dulu apa definisi dari istilah ini. Secara umum, modal kerja adalah investasi pendek suatu perusahaan sama seperti kas, stok, piutang, dan sekuritas lain yang bisa dijual. 

Modal kerja digunakan perusahaan untuk memenuhi pembiayaan dan kebutuhan dari kegiatan usaha yang sebelumnya sudah disusun / rencanakan. Selain definisi secara umum, modal kerja memiliki sejumlah pengertian lain menurut beberapa ahli berikut:

1. Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston

Kedua ahli ini mengartikan working capital sebagai hasil dari penjumlahan antara harta lancar atau yang biasa disebut juga dengan aktiva. Aktiva sendiri adalah modal kerja kotor yang bersifat kuantitatif karena dananya dipergunakan untuk tujuan jangka pendek operasional perusahaan.

2. Jumingan

Sedikit mirip dengan definisi dari ahli sebelumnya, Jumingan juga mendefinisikan modal kerja sebagai jumlah dari aktiva lancar tapi yang terdapat di dalam neraca perusahaan. Jika aktiva adalah modal kotor maka aktiva lancar adalah modal bersih.

3. Kasmir

Seluruh dana yang digunakan perusahaan untuk menjalankan berbagai kegiatan / aktivitas bisnis disebut sebagai modal kerja. Artinya, modal kerja sama dengan modal yang ditanam dalam bentuk aktiva atau aktiva lancar di suatu perusahaan. 

4. Harahap 

Menurut Harahap, pengertian modal kerja adalah hasil akhir dari harta lancar yang sudah dikurangi dengan utang perusahaan / utang kerja. 

5. Gitman 

Gitman menjelaskan bahwa modal kerja adalah salah satu bagian dari investasi, yang merupakan harta lancar dengan sifat bersirkulasi dari bentuk A menjadi bentuk B atau lainnya yang ada dalam aktivitas bisnis.

Jenis-jenis Modal Kerja

Modal kerja hadir dalam dua jenis. Untuk mengetahui cara perhitungan modal kerja, sebaiknya kenali dahulu jenis-jenisnya. Berikut ini klasifikasi modal kerja pada sebuah bisnis:

1. Permanent Working Capital

Disebut permanen karena modal kerja jenis ini dapat digunakan secara berkelanjutan atau terus menerus oleh perusahaan demi terciptanya kelancaran usaha hingga sepanjang usia dari perusahaan tersebut, misalnya hingga puluhan tahun. Selanjutnya permanent working capital dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu:

  • Normal working capital: modal usaha yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk memperluas atau mengembangkan produknya.
  • Primary working capital: modal usaha ini wajib dimiliki perusahaan karena sangat berpengaruh terhadap kelancaran dari kegiatan usaha yang dijalankan di perusahaan yang bersangkutan.


2. Variable Working Capital 

Modal usaha jenis ini memiliki sifat yang tidak pasti alias berubah-ubah tergantung pada perubahan yang ada pada kegiatan produksi. Sama seperti permanent working capital, variabel working capital juga masih dibagi menjadi beberapa berikut:

  • Modal kerja siklus / cyclical working capital: modal kerja ini bisa berubah karena pengaruh dari fluktuasi konjungtur.
  • Modal kerja musiman / seasonal working capital: faktor yang menjadi pengaruh utama dari modal kerja jenis ini adalah fluktuasi musim.
  • Modal kerja darurat / emergency working capital: perubahan yang terjadi pada modal kerja disebabkan oleh suatu keadaan darurat yang bisa terjadi kapan saja.


Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja


Demi terciptanya kelancaran usaha, jumlah modal kerja harus berbanding lurus dengan kebutuhan operasional. Namun, menentukan jumlah akurat dari modal kerja bukanlah tugas gampang. Agar bisa menentukan hitungan jumlah modal kerja yang tepat, Anda perlu tahu faktor apa saja yang mempengaruhi modal kerja, yaitu:

1. Jenis Perusahaan

Perusahaan berjenis jasa / layanan biasanya akan membutuhkan modal kerja yang jumlahnya lebih sedikit dibanding perusahaan industri. Sebab, perusahaan jasa tidak membutuhkan banyak investasi berupa stok, kas, dan piutang.

2. Syarat Penjualan dan Pembelian

Modal kerja sangat dipengaruhi oleh syarat dari kredit pembelian bahan baku atau barang dagangan. Jika perusahaan mengambil kredit pembelian dengan tempo yang panjang, maka modal kerja semakin sedikit, begitu juga sebaliknya.

3. Waktu Produksi

Jika perusahaan membutuhkan waktu yang lama untuk memproduksi produknya, maka biasanya jumlah dari modal kerja akan lebih besar daripada waktu produksi yang cepat.

4. Perputaran Piutang

Modal kerja akan sedikit jika piutang perusahaan sudah terkumpul dalam jangka pendek, begitu juga sebaliknya.

5. Perputaran Persediaan

Ketika perputaran persediaan tinggi (misal stok barang cepat habis terjual), maka jumlah modal kerja relatif lebih rendah daripada persediaan yang hanya menumpuk di gudang dalam waktu lama.

Nah, dari kelima faktor yang mempengaruhi modal kera di atas selanjutnya Anda dapat memperkirakan berapa modal kerja yang dibutuhkan. Pertama yang perlu diperhatikan adalah jenis usaha, antara bisnis yang bergerak di bidang konstruksi dengan perusahaan manufaktur tentu saja modal kerja yang dibutuhkan bakalan berbeda.

Selain itu, perhatikan juga ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan besar tentu saja membutuhkan modal kerja yang besar, dan berlaku juga sebaliknya ketika perusahaan kecil beroperasi maka modal kerjanya juga tidak sebesar dengan perusahaan skala besar.

Cara Menghitung Modal Kerja Lengkap dengan Contoh Studi Kasus


Sebagai contoh, perusahaan X berencana memproduksi serta menjual 500.000 pasang sepatu. Agar bisa menghitung jumlah modal kerja yang dibutuhkan, maka Anda harus tahu dulu data-data perusahaan yang bersangkutan seperti:

  • Perusahaan beroperasi 30 hari dalam satu bulan.
  • Satu pasang sepatu membutuhkan bahan baku kulit 2 kg.
  • Harga bahan baku Rp 10.000/kg (pembelian bahan ini selalu cash).
  • Setelah bahan dibeli, akan disimpan dulu selama 7 hari di gudang.
  • Waktu yang dibutuhkan untuk membuat sepatu adalah 3 hari.
  • Sistem jual sepatu ini adalah kredit 30 hari.
  • Upah karyawan langsung adalah Rp 7.000/pasang.
  • Biaya untuk pemasaran dan admin sekitar Rp 55.000.000/bulan.
  • Biaya tambahan / darurat Rp 10.000.000


Berdasarkan data di atas, modal kerja yang dibutuhkan dihitung dengan cara:

Perputaran bahan baku = waktu produksi + lama penyimpanan bahan + penagihan piutang

= 3 hari + 7 hari + 30 hari

= 40 hari

Perputaran upah langsung = waktu produksi + penagihan hutang

    = 3 hari + 30 hari

    = 33 hari


Pengeluaran kas/hari

:

Upah langsung

: 2.000 x Rp 7.000 =Rp 14.000.000

Bahan baku

: 2.000 x 2 x Rp 10.000= Rp 40.000.000

Admin + pemasaran

: Rp 1.833.333

Modal kerja

:

Bahan baku

: 40 hari x Rp 40.000.000= Rp 1.600.000.000

Upah langsung

: 33 hari x Rp 14.000.000= Rp 462.000.000

Admin + pemasaran

: 33 hari x Rp 1.833.333= Rp 60.499.989

= Rp 2.122.499.989

Cara menghitung modal kerja memang bisa dibilang tidak mudah, karena harus detail dan akurat agar tidak menyebabkan kerugian/masalah. Inilah salah satu alasan mengapa pemilik bisnis seringkali menyerahkan perhitungan ini kepada pihak ketiga yang ahli.

0 Response to "[Studi Kasus] Cara Menghitung Modal Kerja dan Faktor yang Mempengaruhinya"

Post a Comment