5 Hirarki Pengendalian Bahaya Lengkap Dengan Studi Kasus

Hirarki pengendalian bahaya adalah sistem yang digunakan untuk mengurangi risiko bahaya yang dapat muncul dalam suatu organisasi. Ini didasarkan pada prinsip bahwa ada beberapa tingkatan kontrol yang dapat digunakan, mulai dari menghilangkan bahaya sampai mengurangi risiko melalui kontrol yang lebih baik.

Standar OHSAS 18001 memiliki persyaratan untuk organisasi/perusahaan supaya membangun hirarki pengendalian K3. Nah, berikut ini akan dijelaskan lebih detail tentang tingkatan hirarki pengendalian bahaya lengkap dengan contoh studi kasusnya.


Hirarki Pengendalian Bahaya Dan Contoh Studi Kasusnya





Langkah-langkah dalam hirarki pengendalian bahaya meliputi:


1. Eliminasi

Satu tingkatan yang paling utama dan efisien dalam hirarki ini adalah eliminasi, yang berfokus pada menghilangkan bahaya dari sumbernya secara keseluruhan.

Eliminasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti mengganti bahan atau peralatan yang berbahaya dengan yang lebih aman, mengubah desain untuk menghilangkan bahaya, atau menghapus proses yang tidak diperlukan. Dalam proyek konstruksi, eliminasi dapat dilakukan dengan cara seperti :

  • Mengganti bahan yang berbahaya dengan yang lebih aman : Dalam proyek konstruksi, bahan yang digunakan seperti asbes, formaldehida, bahan kimia yang berbahaya, dapat diganti dengan bahan yang lebih aman seperti bahan yang tidak beracun dan tidak mengandung bahan kimia berbahaya.
  • Mengubah desain untuk menghilangkan bahaya : Dalam proyek konstruksi, desain yang digunakan dapat diubah untuk menghilangkan bahaya. Contohnya adalah desain gedung yang tidak memiliki pintu keluar yang cukup atau jalan keluar yang tidak jelas, dapat diubah untuk membuat lebih aman.
  • Menghapus proses yang tidak diperlukan : Dalam proyek konstruksi, proses yang tidak diperlukan dapat dihapus untuk menghilangkan bahaya. Contohnya adalah proses menggunakan peralatan berat yang tidak diperlukan dapat dihilangkan untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja.


2. Substitusi



Hirarki pengendalian bahaya berikutnya adalah substitusi, yang berfokus pada mengganti bahaya dengan sesuatu yang lebih aman.

Substitusi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti mengganti bahan atau peralatan yang berbahaya dengan yang lebih aman, mengganti proses yang berbahaya dengan yang lebih aman, atau mengganti metode kerja yang berbahaya dengan yang lebih aman. Dalam proyek konstruksi, substitusi dapat dilakukan dengan cara seperti:

  • Mengganti peralatan berbahaya dengan peralatan yang lebih aman : Dalam proyek konstruksi, peralatan berbahaya seperti mesin berat yang tidak memiliki perlindungan, dapat diganti dengan peralatan yang memiliki perlindungan, seperti mesin berat yang dilengkapi dengan ROPS (Roll Over Protective Structure)
  • Mengganti proses yang berbahaya dengan proses yang lebih aman : Dalam proyek konstruksi, proses yang berbahaya seperti pengecoran yang dilakukan secara manual dapat diganti dengan proses yang lebih aman seperti pengecoran yang dilakukan dengan mesin.
  • Mengganti metode kerja yang berbahaya dengan metode kerja yang lebih aman : Dalam proyek konstruksi, metode kerja yang berbahaya seperti bekerja di ketinggian tanpa pelindung dapat diganti dengan metode kerja yang lebih aman seperti bekerja di ketinggian dengan pelindung.

Studi kasus: Sebuah proyek konstruksi bandara di Jakarta. Dalam proyek ini, tim konstruksi menemukan bahwa peralatan yang digunakan dalam proyek, seperti gergaji tangan yang tidak dilengkapi dengan perlindungan, merupakan bahaya bagi pekerja konstruksi. 

Oleh karena itu, tim konstruksi mengambil tindakan substitusi dengan mengganti gergaji tangan dengan gergaji tangan yang dilengkapi dengan perlindungan. Ini membantu mengurangi risiko kecelakaan kerja dan juga meningkatkan kualitas kerja.



3. Kontrol Teknik / Perancangan


Engineering control adalah salah satu tingkatan dalam hirarki pengendalian bahaya K3 yang digunakan untuk mengurangi risiko bahaya dalam proyek konstruksi. Ini berfokus pada pengendalian risiko dengan merekayasa suatu alat atau bahan dengan tujuan mengendalikan bahayanya. Engineering control dilakukan ketika proses substitusi tidak memungkinkan dilakukan, biasanya karena terkendala dari segi biaya untuk penggantian alat dan bahan.

Contohnya, ketika di lokasi proyek konstruksi terdapat alat konstruksi berupa scaffolding yang patah atau rusak. Dalam kondisi ini, perusahaan tidak memiliki dana untuk mengganti scaffolding yang rusak. Sebagai tenaga K3, Anda dapat mengambil tindakan engineering control dengan mengelas bagian yang patah pada scaffolding tersebut. Ini akan membantu mengurangi risiko kecelakaan kerja yang mungkin muncul dari scaffolding yang rusak.


4. Kontrol Administratif


Kontrol administratif merupakan salah satu tingkatan dalam hirarki pengendalian bahaya K3 yang digunakan untuk mengurangi risiko bahaya dalam pekerjaan konstruksi. Kontrol administratif berfokus pada pengendalian risiko melalui penerapan prosedur, peraturan, dan peraturan yang sesuai. Ini meliputi penerapan prosedur kerja yang aman, pelatihan keselamatan, pemantauan, dan pengelolaan alat dan bahan yang digunakan dalam proyek.

Studi kasus: Sebuah proyek konstruksi gedung di Jakarta. Dalam proyek ini, tim konstruksi menemukan bahwa ada beberapa pekerja yang tidak memakai perlengkapan pelindung diri (PPE) yang sesuai saat bekerja di ketinggian. Sebagai bagian dari hirarki pengendalian bahaya, tim K3 mengambil tindakan kontrol administratif dengan menerapkan prosedur pemakaian PPE yang benar. Mereka juga melakukan pelatihan keselamatan bagi pekerja dan melakukan pemantauan untuk memastikan bahwa semua pekerja memakai PPE yang sesuai saat bekerja.

Ini membantu mengurangi risiko kecelakaan kerja yang mungkin muncul dari tidak memakai PPE yang sesuai. Penerapan kontrol administratif dalam pekerjaan konstruksi sangat penting untuk memastikan keselamatan dan kesehatan pekerja. Selain itu, kontrol administratif juga membantu dalam memenuhi peraturan keselamatan yang berlaku dan meningkatkan produktivitas kerja.



5. Alat Pelindung Diri (PPE)


PPE (Perlengkapan Pelindung Diri) merupakan salah satu tingkatan dalam hirarki pengendalian bahaya K3 yang digunakan untuk mengurangi risiko bahaya dalam pekerjaan konstruksi. PPE adalah peralatan yang digunakan untuk melindungi tubuh pekerja dari bahaya yang mungkin muncul selama proses kerja. Beberapa contoh PPE yang sering digunakan dalam pekerjaan konstruksi adalah helm, masker, sarung tangan, kacamata pelindung, dan sepatu keselamatan.

Studi kasus : Sebuah proyek konstruksi gedung apartemen pada saat pembuatan besi tulangan. Dalam proyek ini, tim konstruksi menemukan bahwa ada beberapa pekerja yang tidak memakai PPE yang sesuai saat bekerja dengan mesin berbahaya seperti mesin potong besi. Sebagai bagian dari hirarki pengendalian bahaya, tim K3 mengambil tindakan dengan memberikan PPE yang sesuai bagi pekerja yang bekerja dengan mesin tersebut dan melakukan pelatihan tentang cara pemakaian PPE yang benar.

Penerapan PPE dalam pekerjaan konstruksi sangat penting untuk memastikan keselamatan dan kesehatan pekerja. PPE membantu dalam mengurangi risiko kecelakaan kerja yang mungkin muncul dari penggunaan mesin berbahaya. Selain itu, PPE juga membantu dalam memenuhi peraturan keselamatan yang berlaku dan meningkatkan produktivitas kerja. Namun, PPE harus digunakan dengan benar dan diganti jika sudah rusak atau kurang efektif untuk memastikan keselamatan pekerja.


Faktor Pertimbangan Dalam Penggunaan Hirarki Pengendalian Bahaya




Dalam menerapkan hirarki, terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan untuk memastikan bahwa pengendalian risiko yang dipilih adalah yang paling efektif dan efisien.

Pertama, Anda harus mempertimbangkan biaya relatif dari setiap pilihan kontrol yang tersedia. Beberapa kontrol mungkin lebih mahal dari yang lain, namun juga dapat mengurangi risiko dengan lebih baik. Anda harus memastikan bahwa kontrol yang dipilih memberikan manfaat yang sebanding dengan biaya yang dikeluarkan.

Kedua, Anda harus mempertimbangkan keandalan dari setiap pilihan kontrol. Beberapa kontrol mungkin lebih andal daripada yang lain, sehingga perlu dipertimbangkan dalam pemilihan kontrol yang akan digunakan.

Ketiga, perlu dipertimbangkan kebutuhan untuk kombinasi kontrol, menggabungkan unsur-unsur dari hirarki di atas (misalnya, perancangan dan kontrol administratif).

Keempat, perlu membangun praktik yang baik dalam pengendalian bahaya. Organisasi harus mampu memperhitungkan kemampuan mental dan fisik individu/pekerjanya. 

Kelima, organisasi perlu memastikan bahwa teknologi terbaru dan inovatif digunakan dalam proses pengendalian bahaya. 

Dengan demikian, setiap tingkatan dalam hirarki pengendalian bahaya ini memiliki tingkat efektivitas yang berbeda, dan beberapa dapat menghilangkan bahaya secara keseluruhan, sementara yang lain hanya dapat mengurangi risikonya. Oleh karena itu, penting untuk mengevaluasi setiap tingkatan dan menentukan tingkatan kontrol yang paling sesuai untuk situasi tertentu.

0 Response to "5 Hirarki Pengendalian Bahaya Lengkap Dengan Studi Kasus"

Post a Comment