Drainase: Perencanaan dan Permasalahan Sistem Drainase di WIlayah Perkotaan

Negara seperti di Indonesia dengan curah hujan yang cukup tinggi membutuhkan sistem drainase yang baik, apalagi untuk daerah perkotaan. Drainase ini dimanfaatkan sebagai upaya dalam menanggulangi banjir karena digunakan untuk menampung air hujan. Selain itu, drainase merupakan salah satu infrastruktur dasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar kota yang mereka tinggali aman, nyaman bersih dan sehat.






Pengertian Sistem Drainase


Drainase berasal dari bahasa Inggris yaitu drainage yang mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, mengalihkan air, atau mengeringkan suatu wilayah tertentu dari genangan air. Saluran drainase dibangun dengan tujuan untuk melewatkan laju air atau debit rencana dengan aman.

Dalam kaitannya dengan salinitas, drainase diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah. Jadi, drainase tidak hanya menyangkut air permukaan tapi juga air tanah.

Dalam bidang teknik sipil, drainase adalah salah satu upaya teknis dengan membuat saluran air atau jalur pembuangan air untuk mengurangi kelebihan air yang berasal dari air hujan, rembesan, dan kelebihan air irigasi dari suatu kawasan atau lahan. Jika penanganan drainase kurang baik, maka akan mengakibatkan tergenangnya lingkungan sekitar saluran drainase yang pada akhirnya menyebabkan pencemaran lingkungan.

Fungsi Drainase


Adapun fungsi drainase adalah sebagai berikut:
  1. Untuk mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu wilayah, jalan, dan lahan, sehingga lahan dapat kembali difungsikan secara optimal.
  2. Membebaskan suatu wilayah, terutama wilayah dengan jumlah kepadatan penduduk yang banyak, dari genangan air, erosi dan banjir.
  3. Berfungsi untuk memperkecil risiko kesehatan lingkungan, bebas dari malaria (nyamuk), demam berdarah dengue (DBD), dan penyakit lainnya yang dapat menimbulkan kerugian.
  4. Berfungsi untuk menciptkan sistem tata guna lahan yang baik yang dapat dioptimalkan dan juga memperkecil kerusakan-kerusakan struktur tanah untuk jalan dan bangunan lainnya.

Perencanaan Sistem Saluran Drainase


Sistem saluran drainase harus direncanakan agar dapat melewatkan debit rencana dengan baik dan aman tanpa melebihi tinggi muka hulu air. Pada umumnya sebuah infrastruktur sistem drainase terdiri dari saluran penerima (interceptor drain), saluran pengumpul (collector drain), saluran pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain), dan badan air penerima (receiving waters).

Dalam pembuatan perencanaan sistem drainase harus memperhatikan data curah hujan, tata guna lahan dan dimensi saluran. Adapun tahapan-tahapan yang digunakan dalam perencanaan teknis saluran drainase adalah sebagai berikut:
  1. Menentukan dan menghitung debit rencana.
  2. Membuat jalur saluran sistem drainase.
  3. Merencanakan profil memanjang saluran.
  4. Membuat perencanaan titik-titik yang akan dibangun untuk penampang melintang saluran agar badan jalan cepat kering.
  5. Mengatur dan merencanakan infrastruktur serta fasilitas sistem drainase.


Permasalahan Sistem Drainase dan Cara Menanggulanginya


Sistem drainase yang telah dibangun di wilayah perkotaan tidaklah luput dari permasalahan. Oleh karenanya dibutuhkan pertimbangan yang matang dalam perencanaannya, yaitu antara lain :

1. Peningkatan Debit

Menumpuknya sampah dalam saluran drainase akan berdampak terhadap percepatan pendangkalan/penyempitan saluran dan sungai. Untuk itu, diperlukan manajemen sampah yang baik sehingga saluran drainase tetap dapat menampung debit air dengan aman. Jika kapasitas saluran drainase dalam keadaan aman, maka sungai dan saluran drainase tersebut akan mampu menampung debit yang terjadi dan tidak akan menimbulkan meluapnya air ke jalanan.

2. Penataan Lingkungan

Sistem drainase yang sudah ada dapat mengalami masalah jika adanya perumahan-perumahan baru terutama yang dibangun oleh developer/pengembang tanpa diikuti dengan penataan drainase yang memadai. Bangunan-bangunan tersebut akan mempersempit dimensi saluran drainase. Selain itu, perubahan bentuk kontur yang diakibatkan dengan adanya pemukiman baru sebagian telah merubah arah aliran sistem drainase sehingga berdampak pada kesenjangan antara rencana penataan drainase dengan kenyataan.

3. Perubahan Tata Guna Lahan
  • Daerah-daerah seperti bekas persawahan, pada awalnya sistem drainase yang ada merupakan saluran irigasi. Jika diubah menjadi sistem drainase, maka dibutuhkan perubahan desain saluran.
  • Perubahan tata guna lahan yang semula kawasan kosong menjadi wilayah dengan bangunan-bangunan barunya akan menyebabkan kawasan tersebut memiliki wilayah resapan yang sangat kecil.
  • Sebagian saluran yang ada masih saluran alam padahal lahan yang semula kosong telah menjadi pemukiman padat.
4. Kapasitas Saluran yang Minim

Sistem drainase yang sudah ada kurang mampu menampung kapsitas debit air hujan padahal lahan untuk pengembangan saluran drainase sudah tidak ada. Ini banyak terjadi di kota besar seperti Jakarta, sehingga membutuhkan normalisasi sungai.

5. Penyalahgunaan Fungsi

Penyalahgunaan fungsi sistem drainase itu sendiri seperti saluran drainase yang juga digunakan untuk membuang limbah home industry atau pabrik. Penyalahgunaan ini lebih dikenal dengan istilah mixed used, yaitu saluran drainase yang berfungsi campuran untuk drainase dan juga saluran limbah.

6. Kurangnya Peran Masyarakat

Kurangnya kesadaran masyarakat/partisipasi masyarakat yang rendah, tidak membuang sampah pada tempatnya, malah membuang sampah ke selokan pada saluran drainase sehingga mengakibatkan jalan air tidak lancar.

Itulah ulasan mengenai pengertian drainase dan fungsinya, serta bagaimana perencanaan sistem drainase yang baik dan cara menanggulangi permasalahan-permasalahannya. Semoga bermanfaat.

0 Response to "Drainase: Perencanaan dan Permasalahan Sistem Drainase di WIlayah Perkotaan"

Post a Comment