Perancah (Scaffolding): Jenis, Prosedur Pemasangan dan Pembongkaran Scaffolding

Kemajuan teknologi konstruksi yang semakin pesat telah mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas kerja, agar dapat menciptakan cara kerja yang lebih efisien dari segi biaya dan waktu dengan tanpa mengabaikan mutu pekerjaan. Salah satunya dengan ditemukannya perancah baja (scaffolding) yang menggantikan perancah yang terbuat dari bahan kayu atau bambu.


Via pixabay.com


Pengertian Perancah



Perancah merupakan komponen atau alat konstruksi yang sangat penting dan dibutuhkan mulai dari proyek kecil seperti bangunan rumah tinggal sederhana, hingga proyek besar seperti high rise building. Perancah adalah suatu konstruksi penopang yang terbuat dari batang bambu, kayu, atau pipa baja yang didirikan dan digunakan ketika saat sebuah bangunan sedang dibangun untuk menjamin tempat kerja yang aman bagi pekerja, memasang sesuatu, atau untuk mendukung pekerjaan bekisting pada pekerjaan beton.

Seiring perkembangan teknologi konstruksi, saat ini perancah yang dibuat dari bahan kayu dan bambu mulai ditinggalkan oleh orang-orang. Apalagi didasari dengan alasan kekuatannya dan kepedulian manusia terhadap lingkungan, mereka mulai beralih menggunakan perancah yang terbuat dari besi/baja karena lebih praktis, mudah didapat, dapat digunakan berulang kali dan dapat digunakan untuk bangunan yang lebih tinggi.

Berikut ini hal-hal yang harus dipenuhi dalam penggunaan perancah:
  1. Perancah memiliki bobot yang ringan, akan tetapi harus mampu memikul beban yang relatif berat.
  2. Tahan terhadap penggunaan oleh tukang yang berlangsung kasar dalam proses pengerjaan bangunan.
  3. Simple dalam penyetelan dan cara pemasangannya.
  4. Minimalkan kemungkinan adanya komponen-komponen perancah yang lepas.
  5. Mudah untuk dikontrol.
  6. Memberikan ruang alur jalan bagi lalu lintas para pekerja.

Jenis-jenis Bahan Perancah (Shore)


Terdapat 2 jenis bahan perancah (shore) sebagai penopang yang telah digunakan di dalam pelaksanaan konstruksi bangunan, yaitu:

a. Perancah kayu atau bambu

Meskipun semakin sedikit yang menggunakan bambu atau kayu sebagai material pembuatan perancah, namun penggunanya masih ada saja, terlebih untuk pekerjaan konstruksi bangunan rumah ataupun bangunan yang tidak terlalu tinggi dan berat.

Perancah bambu pada bagian pangkalnya haruslah berukuran > Ø 7 cm atau kayu berukuran 5 cm x 7 cm agar cukup mampu menahan faktor tekuk yang ditimbulkan. Bambu yang digunakan pun haruslah bambu tua dengan ciri-ciri bewarna kuning jernih atau hijau tua, berserat padat, berbintik-bintik putih pada pangkalnya, permukaannya mengkilap, dan khusus pada bagian buku-bukunya tidak boleh pecah.

Untuk pemasangan perancah dari kayu atau bambu ini harus selalu ditanam ke dalam tanah bagian kaki-kaki tiangnya atau saling dihubungkan agar tidak mudah bergeser. Selain itu, tiang perancah diikat pada setiap batang pegangan/vertikal dan batang memanjang horizontal sehingga kekuatan perancah lebih terjamin.

Untuk menopang pekerja dibutuhkan papan sebagai lantai kerja perancah yang harus dipotong sejajar dengan serat kayu agar mampu menahan beban dengan tebal minimal 8 mm. Untuk memudahkan pekerja menyelesaikan item pekerjaan konstruksinya, maka jarak antara papan lantai kerja dengan dinding bangunan dianjurkan tidak boleh melebihi 30 cm.

Kelebihan penggunaan perancah kayu atau bambu untuk pekerjaan konstruksi bangunan adalah proses pemasangan tidak membutuhkan alat angkat dan harga cukup murah. Sedangkan kekurangannya adalah memiliki kemampuan daya topang tergolang rendah dan daya serap air tinggi sehingga mudah retak/patah/busuk serta kemungkinan untuk penggunaan berulang sangat kecil.


b. Perancah besi atau baja

Perancah besi/baja merupakan perancah yang terbuat dari material pipa baja/besi yang lebih dikenal dengan istilah scaffolding. Scaffolding ini dibuat di pabrik, tetapi dapat dirangkai di lokasi proyek.

Frame scaffolding merupakan salah satu tipe perancah besi/ baja atau yang sudah cukup banyak dipakai pada proyek-proyek konstruksi bangunan gedung dan infrastruktur. Frame scaffolding memiliki beberapa komponen yang harus dirangkai pada saat penggunaannya, yaitu sebagai berikut:

Komponen Perancah Frame scaffolding

  • Main Frame
Sesuai dengan namanya, main frame merupakan bagian dari scaffolding yang berperan sebagai komponen utama. Main frame ini terdiri dari berbagai macam tipe dan ukuran. Jika ketinggian satu main frame belum mencukupi ketinggian yang dibutuhkan, maka dapat ditambahkan main frame lagi di atasnya (arah vertikal). Selain main frame, ada juga dikenal ladder frame dan beam frame yang fungsinya sama dengan main frame, namun hanya berbeda di ketinggian frame.


  • Cross Brace atau Diagonal Brace

Sesuai dengan namanya, cross brace merupakan dua pipa yang salin bersilangan yang berfungsi untuk memberikan jarak horizontal antar main frame sekaligus memberikan daya dukung pada scaffolding agar tidak goyang dan dapat berdiri tegak. Selain itu, cross brace dapat mengurangi faktor tekuk yang terjadi pada standard scaffolding terutama ketika main frame disambungkan ke atas dengan main frame yang lain. Pemasangan cross brace relatif mudah yaitu dengan memasukkan pen yang ada pada tiap-tiap frame ke lubang yang tersedia pada ujung-ujung cross brace kemudian dikunci dengan brace locking yang ada di badan main frame.
  • Joint Pin and Lock Pin
Joint pin and lock pin merupakan komponen scaffolding yang berfungsi sebagai penyambung dan pengunci antar main frame dengan main frame di atasnya.

  • Adjustable Base Jack
Merupakan bagian dari scaffolding yang berfungsi sebagai kaki dari main frame yang dapat pula diatur ketinggiannya untuk menambah ketinggian scaffolding sesuai dengan ketinggian yang dibutuhkan. Selain itu, base jack juga berfungsi sebagai bagian yang meratakan ketinggian scaffolding agar antar main frame dapat berdiri dengan ketinggian yang rata.

Adjustable Base Jack
  • U-Head Jack
Merupakan bagian teratas dari scaffolding karena fungsinya untuk menahan balok gelagar (balok yang menyalurkan beban-beban dari bekisting ke scaffolding) yang juga dapat diatur ketinggiannya sama seperti adjustable base jack. Bagian ini disebut U-head karena bentuknya yang menyerupai huruf ‘U’. Dalam pemasangannya, U-head disambungkan ke main frame, sedangkan bagian yang berbentuk U dipasangkan balok gelagar.

Kelebihan pengunaan scaffolding adalah sebagai berikut:

  1. Terdiri dari beberapa komponen yang dapat dirangkai lebih mudah tanpa sambungan baut atau paku seperti halnya pada perancah kayu atau bambu, bahkan dalam penyetelan untuk menyesuaikan elevasi atau ketinggian perancah untuk bekisting hanya dilakukan dengan menyetel klos atas (wing nut u head jack) dan klos bawah (wing nut base jack);
  2. Scaffolding memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding perancah kayu; 
  3. Dapat digunakan berulang untuk proyek konstruksi selanjutnya;
  4. Tidak memerlukan banyak pekerja;
  5. Memiliki estetika yang lebih baik dibandingkan perancah dari kayu atau bambu.
Sedangkan kekurangan scaffolding adalah harga scaffolding masih tergolong lebih mahal dibanding perancah kayu atau bambu.

Selain tipe frame scaffolding, ada juga perancah besi/ baja tipe Peri Up shoring yang memiliki kemampuan mendukung beban hingga 4 ton per kaki seperti pada gambar di bawah ini.

Via peri.com

Selain frame scaffolding, ada juga peri up shoring yang memiliki lebih banyak ukuran dari mulai ukuran lebar 25 cm sampai 400 cm dan ukuran tinggi 50 cm sampai 400 cm sehingga sangat fleksibel di berbagai kondisi di lapangan.

Ada juga perancah besi/ baja tipe PD-8 shoring yang sanggup memikul beban yang bekerja hingga 8 ton per kaki. PD-8 shoring memiliki model yang hampir sama dengan tipe frame scaffolding, namun dimensi yang dimilikinya lebih besar dari tipe frame scaffolding.

Source: PT. Beton Perkasa Wijaksana


Prosedur Pemasangan dan Pembongkaran Scaffolding


Untuk keselamatan kerja, semua sistem perancah harus diperiksa oleh HSE inspektur sebelum digunakan. HSE inspektur harus melakukan pemeriksaan mingguan pada semua perancah, kemudian melebali (sistem penandaan) setiap perancah sebagai identifikasi perancah yang aman dan tidak aman. Selanjutnya, HSE inspektur melaporkan kepada Supervisor/Manager dan HSE Coordinator mengenai kondisi keamanan perancah tersebut.

Berikut ini adalah persyaratan umum yang harus dipenuhi ketika melakukan pemasangan dan penyetalan komponen-komponen scaffolding :
  • Ketinggian sistem perancah harus tidak lebih dari 3 lift di atas geladak kapal (ketika mendirikan scaffolding pada kapal);
  • Perancah diperlukan ketika pekerjaan dilakukan di atas dan tidak aman apabila menggunakan tangga;
  • Perancah dan komponen-komponennya mampu menopang setidaknya 4 kali maksimum yang diizinkan beban kerja;
  • Material dari perancah yang digunakan harus dalam kondisi baik dan diperiksa secara berkala;
  • Dilarang menghilangkan bagian komponen perancah tanpa persetujuan terlebih dahulu;
  • Tangga dan perangkat lain untuk mendapatkan ketinggian tidak boleh digunakan di atas cat walk perancah;
  • Perancah harus didirikan di atas permukaan yang datar sehingga mampu mendukung berat maksimum;
  • Pemasangan dan pembongkaran scaffolding yang benar harus dilakukan hanya dengan disetujui scaffolders yang memiliki sertifikat yang sah;
  • Perancah harus dilengkapi dengan pegangan tangan untuk memastikan keamanan saat pekerja berada di ketinggian.
Cara Penyambungan atau Penyetelan Scaffolding

Berikut di bawah ini cara penyetelan komponen-kompenan scaffolding agar bisa digunakan oleh pekerja secara aman :
  1. Menentukan letak scaffolding atau mengatur jarak main frame scaffolding;
  2. Memasang base plat atau jack base diatas landasan yang stabil;
  3. Menyetel kerangka main frame;
  4. Memasang cross brace pada dua sisi agar elemen perancah dapat berdiri dengan tegak dan tidak goyang;
  5. Menyusun frame vertical berikutnya sampai ketinggian perancah dianggap cukup, gunakan jack dan u-head untuk mengatur ketinggiannya;
  6. Ketinggian perancah diatur sesuai dengan ketinggian bekisting atau disesuaikan dengan desain dan kondisi yang telah direncanakan.

Cara Pembongkaran Scaffolding

Metode pembongkaran scaffolding harus memperhitungkan kekuatan atau umur beton, biasanya dilakukan setelah beton berumur 14 hingga 28 hari. Pembongkaran scaffolding juga harus memperhatikan kebutuhan pekerjaan berikutnya, apakah masih dibutuhkan untuk tahapan item pekerjaan konstruksi selanjutnya ataukah sudah selesai. Oleh sebab itu perlu dilakukan perawatan scaffolding secara berkala agar pada saat pembongkaran tidak terjadi masalah. 

Berikut ini langkah-langkah pembongkaran scaffolding :
  1. Langkah awal yang perlu dilakukan untuk membongkar scaffolding adalah dengan menurunkan u-head atau cat walk perancah.
  2. Dilanjutkan dengan pembongkaran frame scaffolding;
  3. Saat pembongkaran bekisting cetak, maka susunan frame pertama tidak perlu dibongkar;
  4. Selanjutnya melepas join pin dan cross brace.
Demikianlah ulasan mengenai perancah scaffolding, fungsi dan jenis-jenisnya, serta tahapan memasang dan membongkarnya. Semoga bermanfaat.

0 Response to "Perancah (Scaffolding): Jenis, Prosedur Pemasangan dan Pembongkaran Scaffolding"

Post a Comment