Pondasi Cerucuk: Pengertian, Sejarah, Kelebihan dan Kekurangan, dan Cara Pengaplikasiannya

Sebagai bagian terpenting dalam proyek konstruksi, pondasi berfungsi untuk menyalurkan beban dari struktur bagian atas ke dasar tanah.  Pondasi cerucuk adalah salah satu jenis pondasi yang umum digunkan untuk bangunan, jalan ataupun jembatan, khususnya bangunan yang berada di daerah yang kondisi tanahnya kurang stabil atau lunak seperti rawa atau tanah gambut.

Cerucuk merupakan susunan tiang kayu, bambu, atau pipa yang diisi batang besi dan adukan cor yang dimasukkan atau ditancapkan secara vertikal ke dalam tanah yang bertujuan untuk memperkuat dasar tanahnya terhadap beban di atasnya.


Apa itu Pondasi Cerucuk?



Pondasi cerucuk adalah suatu pondasi yang diaplikasikan di daerah dengan kondisi lapisan tanah yang kurang stabil dengan elevasi muka air tanah yang cukup tinggi. 

Dengan kondisi tanah seperti itu, maka dibutukan lkayu cerucuk sebagai pondasi cerucuk yang bertujuan untuk membantu meningkatkan kekuatan geser serta mengurangi penurunan tanah yang terjadi ketika nantinya sebuah bangunan berdiri di atasnya.

Adapun jenis kayu yang sering dipergunakan untuk cerucuk adalah :


  1. Kayu Gelam
  2. Kayu Mahang
  3. Kayu Medang
  4. Kayu Betangor
  5. Kayu Ubar
  6. Kayu Ubah
  7. Kayu Dolken


Sejarah Pondasi Cerucuk



Daerah yang kerap mengalami pergeseran (shearing) memang sebenarnya tidak cocok untuk didirikan sebuah bangunan di atasnya. Namun, karena kebutuhan masyarakat mau tidak mau daerah tersebut harus dibangun jembatan, rumah, atau konstruksi lainnya. Oleh karenanya, dalam pelaksanaannya dibutuhkan sebuah inovasi atau teknologi konstruksi yang cocok yang mampu mengatasi masalah tersebut.

Sejumlah metode telah ditemukan seperti pemasangan pile slab, deep mixing, serta vertical drill. Sayangnya, metode konvensional tersebut masih dinilai kurang maksimal dan tidak memperhatikan kondisi tanahnya.

Ir. J.H. Simanjuntak selaku pelaku bisnis konstruksi berpendapat bahwa upaya-upaya tersebut belum mampu mengatasi akar permasalahan yang ada. Ia kemudian mencari cara yang tepat demi terciptanya konstruksi bangunan yang berdiri di atas tanah labil. 

Menurutnya, beban seluruh konstruksi yang ada di atas tanah harus tersalurkan ke dalam tanah secara merata dengan menggunakan beberapa tiang pancang. Dari situlah kemudian lahir gagasan mengenai sistem pondasi cerucuk. Metode pondasi ini menyatukan beberapa tiang pancang yang terbuat dari kayu, bambu, atau yang lainnya, dalam sebuah kesatuan yang kokoh untuk menyangga konstruksi di atasnya.



Kapan Pondasi Cerucuk Digunakan?


Perlunya penggunaan pondasi cerucuk ketika:


  1. Daya dukung tanah yang cukup rendah seperti pada tanah gambut, rawa, dan sebagainya.
  2. Proses konstruksi yang mengalami kesulita, misalnya saat konstruksi akan terhalangi dan kesulitan oleh adanya ketinggian elevasi muka air tanah.



Kelebihan dan Kekurangan Pondasi Cerucuk


Pengunaan cerucuk boleh dikatakan merupakan salah satu metode perkuatan tanah yang tergolong konvensional. Namun dengan berbagai keuntungan yang dimilikinya, metode perkuatan tanah dengan cerucuk ini dapat dikatakan masih cukup relevan dan feasible untuk dijadikan sebagai salah satu alternatif solusi dalam perbaikan/stabilisasi tanah. 

Pemakaian cerucuk sebagai usaha untuk meningkatkan daya tanah secara sederhana memiliki beberapa keunggulan antara lain:

  • Biaya yang relatif murah karena bahan yang mudah didapat;
  • Proses pelaksanaannya yang sederhana dan waktu yang dibutuhkan cukup singkat;
  • Cerucuk kayu yang relatif lebih ringan dibandingkan beton atau baja, sehingga mudah dalam transportasi; 
  • Mudah dikontrol, misalnya ketika tiang kayu ini sudah tidak bisa masuk lagi ke dalam tanah maka dapat dilakukan pemotongan;
  • Memiliki kekuatan tarik yang besar;
  • Tiang pancang kayu atau cerucuk lebih cocok digunakan untuk friction pile; dan
  • Cerucuk kayu relatif lebih fleksibel dan lenting terhadap arah beban horizontal dibandingkan dengan tiang-tiang pancang selain kayu. Ketika tiang ini menerima beban horizontal yang tidak tetap, tiang kayu akan melentur dan segera kembali ke posisi semula setelah beban horizontal tersebut hilang.



Meskipun banyak keuntungannya tentu ada sejumlah kerugian dalam penggunaan cerocok kayu ini yang perlu diwaspadai, yaitu:

  • Peletakkan tiang kayu cerucuk harus berada di bawah muka air tanah yang terendah agar dapat tanah lama;
  • Dibutuhkan biaya penggalian ketika untuk mencapai air tanah yang terendah yang letaknya sangat dalam;
  • Tiang-tiang yang terbuat dari kayu cerucuk mempunyai umur relatif pendek dibandingkan dengan tiang pancang yang dibuat dari baja atau beton (sheet pile);
  • Apabila tiang kayu cerucuk tidak berbentuk lurus, maka pada waktu dipancang akan timbul risiko penyimpangan arah yang telah ditentukan; dan 
  • Tiang pancang kayu cerucuk tidak tahan terhadap jamur yang dapat menimbulkan pembusukan.

Proses Pengerjaan Pondasi Cerucuk



Untuk pedoman teknis tata cara pondasi cerucuk, cerucuk kayu yang digunakan berupa susunan tiang kayu berdiameter 8 sampai 15 cm. Cerucuk kayu tersebut dimasukkan ke dalam tanah sehingga berfungsi sebagai pondasi. Adapun spesifikasi teknis untuk cerucuk kayu yang biasa digunakan di lapangan adalah sebagai berikut.

Uraian

Persyaratan Cerucuk Kayu

Diameter

Minimum 8 cm, maksimum 15 cm

Panjang

Minimum 3.5 m, maksimum 6 m

Kelurusan

Cukup lurus, tidak belok dan bercabang, yang memudahkan proses penancapan dan memiliki daya dukung yang kuat

Kekuatan

Minimum kelas kuat II I PPKI 1973, tidak dalam kondisi busuk dan tidak mudah patah ketika menerima pembebanan

Tegangan

Minimum Was kuat III untuk mutu A PPKI 1973


Secara teknis, berikut ini pelaksanaan pekerjaan pondasi cerucuk dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:


1. Perkuatan tanah dasar

Pekerja melakukan penggantian tanah dasar dengan cara menimbun tanah baru yang lebih stabil pada lokasi proyek yang telah direncanakan.

2. Penancapan atau penanaman kayu cerucuk

Pekerja menancapkan kayu sesuai dengan lokasi pondasi yang akan dikerjakan. Minimal kedalaman cerucuk kayu adalah 125 cm, bahkan semakin dalam maka semakin bagus kekuatannya. 

Cerucuk kayu tersebut akan berfungsi sebagai akar yang akan mengikat dan mempertahankan kepadatan tanah dasar terhadap beban konstruksi di atasnya.

3. Pemasangan kepala cerucuk

 Apabila penancapan cerucuk telah dilakukan, maka tahapan selanjutnya adalah pemasangan struktur pondasi setapak atau pondasi cakar ayam pada bagian atasnya. Sebelumnya harus dilakukan penyatuan ujung kepala kayu yang sudah ditanamkan dengan membuat ikatan antar kepala kayu. Baru setelah itu, dapat dibuat bidang datar sebagai penempatan pondasi konstruksi yang direncanakan.



Tips yang Harus Diperhatikan dalam Penggunaan Pondasi Cerucuk





Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan cerocok kayu sebagai pondasi, yaitu:

1. Hindari penggunaan “kayu yang sudah mati”

Gunakan jenis kayu mahang dan ubar yang sudah umum dipakai sebagai cerocok kayu. Kayu yang sudah didatangkan tersebut, segera mungkin untuk ditanam atau ditancamkan pada lokasi pondasi. 

Khususnya kayu mahang dengan berat jenis yang kecil ini mudah mengalami lapuk apabila tidak direndam dalam air. Jenis kayu ini tidak boleh dibiarkan di udara terbuka lebih dari seminggu karena kandungan airnya akan hilang yang menyababkan kayu cepat lapuk atau "mati". 


2. Gunakan kayu ubar pada lokasi dengen elevasi muka air tanahnya yang tinggi

Jenis kayu ubar ini masih jauh lebih awet untuk tanah dengan kondisi tanah yang setengah basah. Apalagi ubar ini termasuk jenis kayu keras kelas satu. Pastikan memilih kayu ubar yang asli dengan ciri-ciri kayunya berupa memiliki warna yang kemerah-kemerahan sampai coklat. Kayu ini lebih berat dibandingkan kayu mahang.


3. Gunakan kayu mahang pada lokasi tanah rawanya dengan lapisannya yang tebal/dalam

Kayu Mahang dengan berat jenisnya kecil akan lebih baik digunakan sebagai friction pile, yaitu berfungsi sebagai daya dukung tiang yang berasal dari gesekan tiang atau lekatan tiang kayu. 

Dengan berat jenis yang kecil bukan hanya mampu mengurangi berat tiang itu sendiri, tetapi bisa menimbulkan daya apung yang cukup besar. 

Kayu mahang  ini bukan hanya awet apabila terendam dalam tanah rawa, tetapi kayunya juga bisa menjadi hidup.

Itulah ulasan mengenai pondasi cerucuk dan cara pengaplikasiannya. Untuk proses pemancangan kayu cerucuk ke dalam tanah dapat dilakukan secara manual (tenaga manusia) dan/atau menggunakan cara mekanik atau alat mesin yang sering disebut mesin pancang (back hoe). Pada prinsipnya kedua cara tersebut adalah melakukan pemberian tekanan ke kepala kayu cerucuk sehingga akan tergeser secara vertikal ke dalam tanah yang ditumbukkan.

0 Response to "Pondasi Cerucuk: Pengertian, Sejarah, Kelebihan dan Kekurangan, dan Cara Pengaplikasiannya"

Post a Comment